Permatanews | Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sinjai, Sulawesi Selatan mendapat kritikan pedas dari mantan birokrat, Taiyeb A Mappasere.
Mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Sinjai itu memberikan kritikan karena harga cabe di pasaran terlalu lama mahal.
Ia menilai dengan naiknya harga cabe, membuat inflasi ekonomi di Sinjai ikut naik. Apalagi harga cabe rawit dan keriting di Sinjai lebih mahal dibanding harga daging ayam potong.
“Tadi siang orang di rumah beli cabe rawit di Pasar Sentral Sinjai. Harga masih Rp90 ribu/kg. Harga tidak turun dari keadaan kemarin,” keluhnya.
Dengan kondisi itu, Taiyeb menilai Pemkab Sinjai tak mampu menstabilkan harga.
“Dengan segala hormat dan keikhlasan, saya menyarankan kepada bapak Pj Bupati Sinjai kiranya bisa betul-betul memberi perhatian terhadap kenaikan harga-harga keutuhan pokok masyarakat,” katanya, Jumat (22/12/2023).
Taiyeb juga meminta Pj Bupati Sinjai TR Fahsul Falah berbuat dan menunjukkan sebagaimana pemimpin pemerintahan di Sinjai yang sama bupati defenitif.
“Bapak tentu sadari bahwa lonjakan harga-harga tersebut sangat mempengaruhi perhitungan inflasi daerah yang juga akan mempengaruhi penilaian atas evaluasi di Kemendagri,” katanya.
Terpisah Kepala Dinas Perdagangan Sinjai, Muh Saleh mengklaim bahwa harga cabe di pasaran sepekan terakhir mengalami penurunan.
Menurutnya, sesuai laporan hasil pemantauan harga pertanggal 18 hingga 22 Desember 2023 harga cabe mengalami penurunan.
“Penurunan harga dari Rp90 ribu/kg turun ke harga Rp80 ribu/kg hingga hari ini,” terang Saleh.
Ia juga mengungkapkan bahwa dari data yang di update, ada beberapa kebutuhan pokok di Sinjai masih tinggi disebabkan bahan dari petani ikut mahal.
“Sebab di daerah, produksi barang kurang tersedia pasca terdampak el nino,” kuncinya.