Permatanews | Pj Bupati Sinjai, TR Fahsul Falah berkunjung ke tempat situs bersejarah Perjanjian Topekkong di Kelurahan Biringere, Kecamatan Sinjai Utara, Sabtu (3/2/2024).
Ia didampingi Ketua TP PKK Sinjai Cut Resmiati beserta sejumlah pejabat daerah.
TR Fashul Falah mengaku akan memberikan perhatian serius terhadap situs bersejarah tersebut.
“Kita akan benahi dan merawat situs ini untuk dijadikan tempat belajar sejarah, yang merupakan cara melestarikan kebudayaan Sinjai,” kata TR Fashul Falah.
Menurutnya, banyak hal yang perlu dibenahi terhadap situs bersejarah Perjanjian Topekkong.
“Ini merupakan sejarah Sinjai dan saya merasa terpanggil untuk merawat dan melestarikannya. Kita efektifkan dan jadikan pusat ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Perjanjian Topekkong berupa situs yang ditandai dengan sebuah batu ditancapkan ke dalam tanah ini akan menjadi lokasi napak tilas pada puncak peringatan Hari Jadi Sinjai (HJS) ke-460.
“Instruksi saya ke dinas pendidikan, setelah rapat paripurna HJS 27 Februari, pelajar SD dan SMP dibawa kesini untuk belajar situs bersejarah, agar mereka tahu sejarah Sinjai,” ungkapnya.
“Jadi pelibatan masyarakat juga sangat penting untuk pelestarian dan pengembangan warisan budaya yang dimiliki daerah ini,” sambung TR Fashul Falah.
Perjanjian Topekkong adalah sebuah perjanjian yang dibuat bersama oleh Kerajaan Gowa, Kerajaan Bone, dan Federasi Tellu Limpoe.
Tujuan perjanjian itu untuk membentuk perdamaian antara Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone dan menghilangkan kebencian akibat perselisihan diantara keduanya.
Adapun isi Perjanjian Topekkong yaitu:
Madumme To Sipalalo Mabelle’ Tessipasoro (saling mengizinkan dalam mencari tempat bernaung),
Seddi Pabbanua Pada Riappunnai (saling memberi kesempatan dalam mencari ikan.),
Lempa Asepa Mappanessa (kemanalah padinya dibawa di sanalah tempatnya (kerajaan mana yang dipilihnya),
Musunna Gowa Musunna To Bone Na Tellu Limpoe (musuh Kerajaan Gowa juga musuh Kerajaan Bone dan Tellu Limpoe), Makkutopa Assibalirenna (demikian pula sebaliknya).
Sisappareng Deceng Tessisappareng Ja (saling memberikan kebaikan bukan kejahatan).
Sirui’ Menre’ Tessirui’ No’ (saling bantu membantu tidak saling mencelakakan),
Mallilu Sipakainge Mali Siparappe (yang lupa diri diingatkan, yang hanyut diselamatkan).***