Permatanews | Beberapa hari terakhir, belasan sapi di Honto Desa Gareccing, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai mati mendadak.
Kasus kematian sapi tersebut dibenarkan Kepala Dinas Peternakan Sinjai, H Burhanuddin.
“Dugaan sementara antara surra dan jembrana. Tapi hasil analisa sampel yang kami kirim ke BBVet Maros masih menunggu, karena butuh 7 hari,” katanya.
Ia juga mengaku bahwa pihaknya saat ini masih sementara menelusuri penyebaran kasus tersebut.
Selain di Kabupaten Sinjai, puluhan ekor ternak sapi milik warga di dua desa di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan juga mengalami hal yang sama.
Tepatnya di Desa Batukaropa Kecamatan Rilau Ale, dan Desa Tammatto Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba.
“Ada 37 ekor ternak sapi yang mati mendadak di dua kecamatan ini,” kata Lukman, warga Rilau Ale, Jumat (2/2/2024).
Sementara Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bulukumba, Tayyeb Manangkasi membenarkan kasus kematian sapi di dua desa tersebut, berdasarkan hasil investigasi oleh pihaknya.
“Betul adanya kematian ternak sapi di dua lokasi ini. Informasi awal ada sebanyak 70 ekor yang mati. Setelah dilakukan investigasi dari awal mulai kasus ini (bulan Agustus 23 sampai Januari 24) terdata sebanyak 37 ekor ternak yang mati,” kata Tayyeb kepada wartawan.
Ia mengungkapkan bahwa kasus kematian sapi terdapat beberapa gejala, diantaranya sapi tidak mau makan, demam tinggi, mulut berbusa, dan gigi bergoyang.
“Jumlah ini merupakan kumpulan dari beberapa kasus dibeberapa titik, bukan hanya di Batukaropa, awal dari penyebaran penyakit sapi ini,” bebernya.
Tayyeb mengaku bahwa pihaknya di Dinas Peternakan Bulukumba telah mengambil sampel darah dan dikirim ke Balai besar Veteriner Denpasar Bali, pada 19 Januari 2024 lalu.
Sebelumnya, kasus yang sama juga dijumpai di Kabupaten Bone. Atas peristiwa ini, peternak merugi ratusan juta.***